Jakarta, 1 Maret, 2012 -Murti setiap hari mengais sampah Jakarta untuk mencari barang yang dapat didaur ulang. Ia dapat memperoleh hingga Rp 20.000 per hari saat cuaca sedang bersahabat, namun hanya Rp 15.000 jika hujan. Murti bangga dapat mencari nafkah tanpa mengemis, tetapi penghasilannya sebetulnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan anaknya, seorang pelajar sekolah menengah. "Meski kami tidak punya uang, saya ingin anak saya dapat melanjutkan pendidikan agar hidupnya nanti lebih baik di masa depan," tegasnya. Namun Murti dan anaknya kemungkinan tidak akan tergolong miskin menurut standar resmi Indonesia.
Angka kemiskinan resmi di Indonesia telah menurun dari 23,4 persen pada 1999 menjadi 12,5 persen pada 2011. Namun, seperti halnya Murti, sekitar 40 persen penduduk Indonesia masih hidup di bawah 1,5 kali garis kemiskinan. Keadaan ini membuat mereka rentan terhadap guncangan dan mengakibatkan banyak orang yang keluar masuk kemiskinan. Setengah dari golongan miskin yang timbul setiap tahun merupakan mereka yang baru miskin, dan seperempat dari semua penduduk Indonesia pernah digolongkan miskin setidaknya satu kali dalam tiga tahun terakhir. Sebuah jaring pengaman diperlukan untuk melindungi rumah tangga yang rentan dan membantu golongan miskin untuk keluar dari kemiskinan.
Seiring masuknya Indonesia ke dalam jajaran negara berpenghasilan menengah, pemerintah berupaya meningkatkan bantuan sosial sebagai bagian dari rencananya untuk mengurangi kemiskinan hingga tinggal 8-10 persen pada 2014. Saat ini terdapat sejumlah program bantuan sosial rumah tangga di Indonesia, termasuk beras subsidi, pembebasan biaya kesehatan, transfer tunai bagi siswa miskin, transfer tunai bersyarat, dan transfer tunai tanpa syarat untuk jangka waktu sementara. Pemerintah Indonesia ingin menjadikan setiap program lebih efektif dan dapat bekerja sama dengan lebih baik. Bank Dunia baru saja menyelesaikan dua laporan besar yang mengkaji bantuan sosial di Indonesia. Tujuannya adalah untuk memberikan riset bermutu tinggi dan independen bagi para pembuat kebijakan di Indonesia, sehingga dapat digunakan sebagai masukan dan bimbingan dalam mengambil keputusan kebijakan yang penting.
Mengidentifikasi Kebutuhan, Memberi Rekomendasi
Melindungi Rumah Tangga Miskin dan Rentan di Indonesia merupakan kajian besar pertama mengenai bantuan sosial di Indonesia. Meskipun beberapa program sudah efektif, hasil temuan dalam laporan menunjukkan bahwa secara keseluruhan, bantuan sosial belum memadai untuk melindungi golongan miskin dan rentan. Program belum mencakup jumlah orang yang sesuai. Manfaat belum memadai atau tidak diberikan pada waktu yang tepat, dan sejumlah risiko sama sekali belum tercakup. Terlalu banyak golongan miskin yang belum tersentuh program dan kesadaran mengenai adanya program masih rendah.
Program yang ada perlu diperbaiki dan koordinasi antar program juga harus lebih erat agar Indonesia dapat menikmati jaring pengaman yang lengkap. Murti memberi contoh perbaikan yang masih diperlukan. “ Anak saya tidak mau makan beras Raskin karena ada kutunya dan bau,” komentarnya mengenai beras program Raskin yang ia terima.