Temuan laporan
- COVID-19 menyebabkan salah satu resesi global paling parah dalam sejarah. .
- Pemulihan ekonomi Indonesia hingga triwulan pertama tahun 2021 relatif berjalan perlahan meskipun indikator-indikator ekonomi (leading indicators) menunjukkan pemulihan lebih kuat pada triwulan kedua. Kesenjangan pemulihan (recovery gap) Indonesia – perbedaan antara PDB riil dan tren sebelum krisis – telah berkurang dari -7,5% ke -7,1% antara kuartal-2 dan kuartal-4 2020. KEsenjangan ini juga lebih kecil dibandingkan dengan negara anggota G20, dengan besar -13,6% hingga -5,1% di periode yang sama. Namun kesenjangan ini masih tinggi di -7,9% pada kuartal pertama tahun ini. Sisi positifnya, penjualan ritel meningkat 11% antara Maret hingga April sementara aktivitas manufaktur terus berkembang, didorong oleh permintaan eksternal yang lebih optimis dan oleh harga komoditas.
- Risiko pandemi masih besar dengan peningkatan kasus yang signifikan di bulan Juni. Indonesia tetap rentan terhadap gelombang baru yang didorong oleh varian yang lebih menular seperti yang dialami negara lain, serta potensi mobilitas dan penularan virus yang lebih tinggi selama Idul Fitri. Meskipun memiliki awal yang lebih kuat dibanding negara-negara di kawasan, peluncuran vaksin gratis sudah mulai tertinggal jika dibandingkan dengan beberapa rekan besar G20.
- Meskipun ada respons krisis yang kuat, kebijakan moneter yang diambil harus mencapai keseimbangan sulit antara mengelola tekanan pembiayaan eksternal dan mendorong pemulihan. Pembiayaan moneter terhadap defisit mendukung respons fiskal dalam kondisi yang tidak biasa. Bank Indonesia (BI) juga telah melonggarkan kebijakan moneter meskipun tingkat suku bunga riil relatif tinggi dibanding negara-negara lain, khususnya dengan kondisi inflasi yang rendah dan output negatif yang besar.
- Pertumbuhan kredit sector swasta sangat melemah terlepas dari neraca bank yang sehat dan kerentanan korporasi yang moderat akibat kombinasi kendala dalam permintaan dan penawaran kredit. Ini mencakup lemahnya efektivitas transmisi kebijakan moneter, rendahnya mekanisme pembagian risiko seperti penjaminan dan rendahnya ketergantungan kredit perbankan di kalangan UMKM.
- Respons fiskal terhadap COVID-19 sudah kuat, namun penyesuaian belanja tetap dilakukan pada tahun 2021, kemungkinan karena kendala pendapatan dan pembiayaan. Paket respons fiskal COVID-19 ditingkatkan dari 3,8 menjadi 4,5 persen dari PDB antara 2020 dan 2021, termasuk untuk alokasi belanja program vaksinasi gratis. Namun, terdapat pengurangan belanja bantuan sosial sekitar 0,3 poin persentase dari PDB. Meskipun utang publik relatif rendah, ruang fiskal dibatasi oleh kombinasi pendapatan yang kecil dan pasar utang yang terbatas, sehingga menyebabkan pembiayaan moneter defisit fiskal yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain.
- . Pertumbuhan dapat meningkat menjadi 5,0% pada tahun 2022 didorong oleh berkurangnya ketidakpastian dan asumsi bahwa program vaksinasi telah mencapai cakupan penduduk yang cukup besar pada kuartal keempat tahun 2021. Namun, ketidakpastian tetap sangat tinggi dan risiko pertumbuhan menunjukkan kecenderungan penurunan pertumbuhan.
- Untuk mendorong pemulihan Indonesia dan meningkatkan prospek ekonomi jangka menengah, laporan ini merekomendasikan untuk:
- Mempercepat pemberian vaksin, dan meningkatkan pengujian-pelacakan-isolasi, dan intervensi non-farmasi lainnya seperti pembatasan mobilitas yang memadai agar dapat mengalahkan laju penularan.
- Menjaga kebijakan moneter yang akomodatif dan mendorong kredit swasta untuk mendukung sektor riil.
- Mempertahankan dukungan fiskal jangka pendek sambil memastikan kesinambungan fiskal jangka menengah. Kebijakan fiskal jangka pendek sangat penting untuk mengurangi risiko peningkatan kemiskinan dan untuk menopang permintaan. Strategi fiskal jangka menengah yang kredibel – termasuk rencana yang jelas untuk meningkatkan lebih banyak penerimaan pajak – dapat meningkatkan ruang fiskal dan menumbuhkan sentimen investor.
- Edisi laporan kali ini juga membahas bagaimana Indonesia dapat meningkatkan produktivitas pekerjaan di kelas menengah dan partisipasi ekonomi perempuan yang lebih tinggi. Laporan ini merekomendasikan beberapa kebijakan:
- Mempercepat pertumbuhan produktivitas secara menyeluruh dengan mendukung peningkatan daya saing, perdagangan, dan investasi.
- Menyiapkan tenaga kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan dengan produktivitas yang lebih tinggi dengan meningkatkan sistem pendidikan dan pengembangan keterampilan tenaga kerja.
- Membawa lebih banyak perempuan ke dalam angkatan kerja dan mengurangi kesenjangan pendapatan antara laki-laki dan perempuan, termasuk dengan mengembangkan layanan perawatan anak dan lansia.
- Mengurangi risiko kehilangan pekerjaan selama krisis dengan mempertahankan program retensi pekerjaan yang memadai sampai pemulihan lebih kuat serta program bantuan sosial, pelatihan, dan pelatihan ulang untuk pekerja yang terkena dampak.