Tantangan
Seperti negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah lainnya, Indonesia menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di daerah terpencil, kendala geografis dan mahalnya biaya pemantauan sekolah menghambat pelaksanaan pengawasan oleh pemerintah kabupaten. Akibatnya, tingkat kemangkiran guru lebih tinggi dan hasil belajar siswa lebih rendah dari rata-rata nasional. Survei dasar KIAT Guru menemukan bahwa satu dari lima guru mangkir, dan hasil belajar siswa berada dua tingkat lebih rendah dari target kurikulum.
Pendekatan
KIAT Guru bertujuan untuk meningkatkan kehadiran guru di kelas sertamemperbaiki kinerja layanan guru dan hasil belajar siswa. Bank Dunia mendukung Pemerintah Indonesia dalam merancang dan mendanai suatu eksperimen kebijakan serta mengevaluasi dampaknya melalui layanan analitik dan konsultasi. Fase pertama KIAT Guru ini memberdayakan masyarakat untuk melakukan penilaian diagnostik terhadap pembelajaran siswa. Penilaian ini dibuat oleh KIAT Guru berdasarkan beberapa praktik global tentang penilaian yang dilakukan oleh warga. Dibentuk suatu komite pengguna yang mewakili orang tua dan anggota masyarakat untuk mengembangkan kesepakatan bersama dengan guru dalam upaya memperbaiki lingkungan belajar, memantau pelaksanaan layanan yang ditetapkan, mengevaluasi kartu skor guru dalam hal layanan prioritas, serta melaporkan hasilnya kepada pemerintah. Pendekatan akuntabilitas sosial ini diterapkan dan dievaluasi melalui kombinasi tiga model pembayaran tunjangan yang diberikan oleh pemerintah kepada guru di daerah terpencil, di mana jumlah tunjangan berkisar antara Rp1,5 juta ($103) hingga rata-rata Rp2,9 juta ($200) per bulan. Ketiga model tersebut adalah: (a) tunjangan guru dibayar penuh terlepas dari kinerja, (b) mengaitkan tunjangan guru dengan kehadiran guru yang diverifikasi oleh masyarakat, dan (c) mengaitkan tunjangan guru dengan evaluasi masyarakat terhadap indikator kinerja layanan guru dari kesepakatan bersama dengan komite pengguna.