Sinopsis
Setelah bencana Tsunami Samudra Hindia pada Desember 2004, Pemerintah Indonesia mulai menyiapkan pendekatan menyeluruh terhadap manajemen risiko bencana (DRM). Bank Dunia turut membantu melalui beberapa intervensi kecil, seperti mempersiapkan perangkat lunak InaSafe and mendukung pembangunan sekolah ‘aman’, yang berdampak luas dan memasukkan manajemen risiko bencana ke dalam rencana pengembangan secara keseluruhan.
Tantangan
Sebagai sebuah kepulauan yang luas di tengah ‘Cincin Api’ gunung berapi aktif, Indonesia rawan terkena bencana alam. Dampaknya yang parah akan semakin buruk jika Indonesia tidak meningkatkan sistem manajemen risiko bencananya. Faktor-faktor penyebab buruknya manajemen risiko bencana:
- Kurangnya investasi untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, termasuk kurangnya sistem yang dapat mengidentifikasi risiko dan dapat mengelola upaya rekonstruksi pascabencana;
- Kurang berpengalamannya lembaga DRM di tingkat nasional dan daerah karena banyak di antaranya yang baru dibentuk. Sejak diluncurkan pada tahun 2008, Badan Nasional Penanggulangan Bencana belum melatih dan memperlengkapi sebagian besar lembaga di bawahnya secara memadai -- 392 dari 497 lembaga penanggulangan bencana di tingkat kota dan kecamatan masih belum memiliki kapasitas yang memadai.
- Tidak adanya kerangka menyeluruh untuk pembiayaan risiko, sehingga menyebabkan biaya tinggi, inefisiensi, dan penyelewengan ketika rehabilitasi pascabencana dimulai.
Solusi
Bank Dunia membantu Indonesia mengatasi tantangan yang cukup besar dalam manajemen risiko bencana dengan memanfaatkan hubungan dan instrumen keuangan yang sudah ada, beserta akses ke praktik terbaik internasional. Salah satu pendekatan yang berhasil adalah dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam upaya pencegahan maupun rekonstruksi, agar masyarakat turut membantu memberikan data dan pemetaan jika terjadi bencana. Sebagai contoh, penggunaan InaSAFE (Indonesia Scenario Assessment for Emergencies) oleh masyarakat, sebuah perangkat lunak gratis yang menciptakan skenario realistis dampak bencana alam agar perencanaan, kesiapsiagaan, dan kegiatan tanggapan dapat lebih baik. Selain itu, keberhasilan rehabilitasi permukiman berbasis masyarakat, atau Rekompak, mendorong Pemerintah Indonesia untuk mengadopsinya sebagai model untuk perumahan masyarakat di seluruh Indonesia.
Masyarakat juga terlibat dalam program Sekolah Aman Bencana (Safe School), yang merehabilitasi sekolah yang rusak akibat bencana, dengan menggunakan dana alokasi khusus, investasi modal, dan langkah kesiapsiagaan bencana. Bank Dunia juga memberikan bantuan teknis bagi upaya Indonesia untuk meningkatkan pembiayaan dan asuransi terhadap risiko bencana.
Capaian
Intervensi Bank Dunia dalam manajemen risiko bencana telah diakui secara nasional maupun regional:
- Di Jakarta, upaya pemetaan partisipatif sejak 2012 menghasilkan pemetaan 6000 struktur dan 2668 Rukun Warga -- pemetaan yang memberikan informasi lebih akurat, terutama untuk pengembangan rencana darurat bencana.
- Jakarta sudah proaktif dalam mitigasi risiko bencana, dan kota-kota lain kemungkinan akan turut serta: enam kota berukuran menengah kini sedang mengikuti Kajian Risiko Bencana dan Iklim (Disaster and Climate Risk Review) yang diadakan Bank Dunia.
- Program Sekolah Aman Bencana telah merehabilitasi sekitar 180 sekolah di 3 provinsi, 6 kota, dan 6 kecamatan pada 2012.
- Setelah menang dalam Black Duck Open Source Software Award pada 2012, pendekatan InaSAFE kini diadopsi di Filipina, Sri Lanka, Pakistan, dan Malawi. Strateginya adalah dengan melibatkan masyarakat dalam mitigasi risiko bencana.
Sampai dengan Februari 2014, ada 16 RW dan 4 kota rawan bencana alam - gempa bumi, banjir, dan tanah longsor - yang sudah memasukkan DRM dalam program pembangunannya yang digerakkan masyarakat.
Kemitraan erat antara tim DRM Bank Dunia dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terus bertambah kuat. Lembaga pemerintah yang lain pun berusaha mengarusutamakan ketahanan bencana, misalnya Kementerian Keuangan yang sedang menyiapkan aturan mengenai asuransi bencana alam.