Skip to Main Navigation

Landasan Kukuh untuk Pertumbuhan: Laporan Update Ekonomi Asia Timur dan Pasifik, April 2024

Pelajari laporan lebih lanjut:

Sebagian besar perekonomian negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik (East Asia and Pacific, EAP), selain beberapa negara kepulauan Pasifik, bertumbuh lebih pesat daripada di bagian lain dunia, meskipun dengan laju lebih lambat dibandingkan sebelum pandemi. Kinerja perekonomian di kawasan ini dipengaruhi oleh perkembangan eksternal dan domestik.

The World Bank

Baca bagian ini di laporan: 

On desktop | On Mobile

Negara-negara di kawasan EAP mengalami kesulitan pada tahun 2023 akibat perlambatan pertumbuhan dunia dan ketatnya kondisi keuangan, tetapi kini diperkirakan akan bertumbuh pada tahun 2024. Perkiraan pertumbuhan tetap lebih tinggi dibandingkan dengan pasar-pasar yang sedang berkembang dan negara-negara berkembang lain. Pertumbuhan di Tiongkok diperkirakan akan melambat.

 

Baca bagian ini di laporan:

On desktop | On mobile

Dalam beberapa dekade terakhir, pertumbuhan perekonomian EAP telah melampaui sebagian besar pasar yang sedang berkembang dan negara berkembang, tetapi tren ini didorong terutama oleh akumulasi modal ketimbang pertumbuhan produktivitas. Perusahaan-perusahaan memainkan peran penting dalam mendorong produktivitas dan, walaupun perlambatan produktivitas berlaku secara global, di negara-negara maju perusahaan-perusahaan terdepan terus bertumbuh pesat. Namun, di negara-negara berkembang EAP, perusahaan-perusahaan yang tertinggallah yang kini tengah menyusul, sementara perusahaan-perusahaan terdepan mulai tertinggal dan belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi.

Baca bagian ini di laporan:

On desktop | On mobile

Isu-isu kebijakan yang ditelaah pada Laporan Perkembangan Ekonomi edisi ini

Laporan-laporan terdahulu telah menyoroti beberapa isu kebijakan lain, termasuk:

1)     Vaksinasi untuk pengendalian COVID-19;

2)     Kebijakan fiskal untuk pemberian bantuan, pemulihan, dan pertumbuhan;

3)     kebijakan iklim untuk pembangunan kembali dengan lebih baik;

4)     penanggulangan yang cerdas terhadap COVID-19, terutama melalui intervensi non-farmasi seperti pengujian-pelacakan-karantina;

5)     pendidikan sekolah pintar untuk mencegah hilangnya modal manusia dalam jangka panjang, terutama di kalangan masyarakat miskin;

6)     perlindungan sosial untuk membantu memperlancar konsumsi rumah tangga dan reintegrasi tenaga kerja ketika negara mulai pulih;

7)     dukungan kepada dunia usaha untuk mencegah terjadinya kepailitan dan timbulnya pengangguran, tanpa secara tidak semestinya menghambat realokasi efisien tenaga kerja dan sumber daya;

8)     kebijakan sektor keuangan untuk mendukung bantuan dan pemulihan tanpa mengguncang stabilitas keuangan;

9)     reformasi perdagangan, terutama untuk sektor jasa yang masih diproteksi—keuangan, transportasi, komunikasi—untuk meningkatkan produktivitas usaha, mencegah tekanan untuk memproteksi sektor-sektor lain, dan melengkapi masyarakat individu yang ingin memanfaatkan peluang digital yang kemunculannya dipercepat oleh pandemi;

10)   menciptakan peluang bagi dunia usaha and memastikan inklusi untuk mendorong pertumbuhan yang adil;

11)   kebijakan untuk mendorong penyebaran dan adopsi teknologi;

12)   kebijakan untuk mengatasi distorsi baru dan lama di pasar pangan, bahan bakar, dan keuangan;

13)   kebijakan untuk menghadapi tantangan besar berupa deglobalisasi, penuaan, dan perubahan iklim;

14)   kebijakan untuk memanfaatkan potensi sektor jasa dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja suatu negara.