Skip to Main Navigation

Lapangan Kerja dan Teknologi: Laporan Update Ekonomi Asia Timur dan Pasifik, Oktober 2024

Pelajari laporan lebih lanjut:

Kawasan Asia Timur dan Pasifik yang sedang berkembang mengalami pertumbuhan 4,8% pada tahun 2024, lebih cepat daripada kawasan-kawasan lain tetapi masih lebih lambat daripada sebelum pandemi. Pertumbuhan di China (Tiongkok) terhambat oleh lemahnya pasar properti serta rendahnya kepercayaan konsumen dan investor. Pertumbuhan di bagian lain kawasan ini ditopang oleh meningkatnya konsumsi dalam negeri, pulihnya ekspor barang dan kembali bergairahnya sektor pariwisata. 

Baca bagian ini dalam laporan: 

On desktop | On Mobile

Economic Update kali ini menyoroti empat faktor yang diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan kawasan: bergesernya perdagangan dan investasi, melambatnya pertumbuhan di China, meningkatnya utang publik dan swasta, serta meningkatnya ketidakpastian kebijakan dunia.

 

Baca bagian ini di laporan:

desktop | mobile

Pertumbuhan kawasan ini diperkirakan akan melambat menjadi 4,4% pada tahun 2025. China diramalkan akan bertumbuh lebih lambat daripada bagian lain kawasan ini karena kendala internal dan eksternal. Pemulihan perdagangan global dan perbaikan keadaan keuangan global diharapkan akan mendukung pertumbuhan negara-negara lain di kawasan ini.

Baca bagian ini di laporan:

desktop | On mobile

Negara-negara Asia Timur dan Pasifik berhasil menciptakan lapangan kerja yang stabil bagi rakyatnya. Tetapi, robot industri, kecerdasan buatan (AI) dan platform digital terus mempengaruhi pasar tenaga kerja di kawasan ini. Di satu pihak, adopsi robot menciptakan lapangan kerja bagi pekerja formal terampil. Di pihak lain, adopsi robot menggantikan pekerja formal berketerampilan rendah. Kebijakan harus memperlengkapi masyarakat dengan keterampilan dan mobilitas yang dibutuhkan agar mereka dapat memanfaatkan teknologi baru.   

Baca bagian ini di laporan:

Desktop | Mobile

Permasalahan Kebijakan yang ditelaah dalam beberapa economic update terbaru

Update sebelumnya berfokus pada sejumlah permasalahan kebijakan lain yang meliputi:

(1) Vaksinasi untuk mengendalikan COVID-19;
(2) kebijakan fiskal untuk dana bantuan, pemulihan dan pertumbuhan;
(3) kebijakan iklim untuk pembangunan kembali yang lebih baik;
(4) pengendalian cerdas COVID-19, khususnya melalui intervensi non-farmasi, seperti uji-lacak-isolasi;
(5) sekolah cerdas untuk mencegah hilangnya modal manusia dalam jangka panjang, khususnya bagi masyarakat miskin;
(6) perlindungan sosial untuk membantu kelancaran konsumsi rumah tangga dan reintegrasi pekerja  seraya perekonomian negara pulih;
(7) dukungan dunia usaha untuk mencegah kepailitan dan pengangguran, tanpa terlalu membatasi realokasi pekerja dan sumber daya yang efisien;
(8) kebijakan sektor keuangan untuk mendukung pemberian dana bantuan dan pemulihan tanpa melemahkan stabilitas keuangan;
(9) reformasi perdagangan, khususnya di sektor-sektor jasa yang masih diproteksi – keuangan, transportasi, komunikasi – untuk meningkatkan produktivitas usaha, menghindari tekanan untuk memproteksi sektor-sektor lain, dan memperlengkapi masyarakat untuk memanfaatkan peluang-peluang digital yang kemunculannya dipicu oleh pandemi;
(10) menciptakan peluang bagi dunia usaha dan memastikan inklusi untuk mendorong pertumbuhan berkeadilan; 
(11) kebijakan untuk mendorong penyebaran dan adopsi teknologi; dan
(12) kebijakan untuk mengatasi distorsi lama dan baru di bidang pangan, bahan bakar dan keuangan.
(13) Kebijakan untuk menghadapi tantangan utama de-globalisasi, penuaan penduduk dan perubahan iklim.
(14) Kebijakan untuk memanfaatkan potensi pelayanan dalam rangka mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja di seluruh perekonomian
(15) Kebijakan untuk mendukung dunia usaha dalam memanfaatkan teknologi baru dan membantu memacu produktivitas badan usaha di kawasan EAP agar dapat mengejar ketertinggalan mereka dari para pemimpin global.