Washington, DC, 16 January 2023 – Pada tanggal 19 Desember 2022, Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia menyetujui pinjaman sebesar US$300 juta guna mendukung Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan cakupan, kualitas, dan efisiensi penanganan tuberkulosis (TBC) di Indonesia.
Sistem kesehatan Indonesia menghadapi tantangan yang semakin meningkat untuk menemukan dan mengobati kasus TB, terutama sejak awal pandemi COVID-19. Bahkan sebelum pandemi, Indonesia merupakan penyumbang jumlah TBC terbesar ketiga secara global. Pada tahun 2021, negara ini menyumbangkan sekitar 9 persen dari total 10,6 juta kasus TBC baru di seluruh dunia. Indonesia memiliki kejadian kasus TBC pada lebih dari 969.000 orang dan lebih dari 150.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit menular ini.
Selain berdampak signifikan terhadap kesehatan dan modal manusia, beban ekonomi yang disebabkan oleh TBC sangat besar. Sebuah penelitian memperkirakan bahwa total biaya tahunan terkait TBC di Indonesia mencapai US$6,9 miliar, termasuk hilangnya produktivitas karena mengidap penyakit ini dan kematian dini.
“Pembiayaan Bank Dunia akan mendukung penguatan Program Tuberkulosis Nasional yang sempat sangat terhambat oleh pandemi COVID-19,” kata Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Republik Indonesia. “Ini akan membantu agenda transformasi kesehatan Kementerian melalui penguatan respons layanan kesehatan primer dan pencapaian tujuan kami untuk mengurangi 90 persen kasus baru TBC pada tahun 2030,” tambah Menteri.
Pembiayaan baru ini diimplementasikan dalam kemitraan bersama Global Fund melalui mekanisme pembelian berbasis hasil yang inovatif di mana Global Fund menyediakan sejumlah US$20 juta untuk mengurangi pembayaran bunga dan pokok Pemerintah Indonesia. Global Fund merupakan kemitraan internasional yang didanai terutama oleh pemerintah berbagai negara untuk mempercepat berakhirnya AIDS, tuberkulosis, dan malaria sebagai epidemi.
Pembiayaan ini menggunakan pendekatan berbasis hasil yang akan terfokus pada tiga area. Area pertama adalah memperkuat respons terkait penanganan TBC di tingkat daerah atau sub-nasional, seperti penemuan kasus, cakupan pengobatan, dan respons tepat waktu, di mana hasil dari area pertama ini akan terhubung dengan transfer fiskal daerah.
Yang kedua adalah memperkuat tanggapan terhadap penanganan TBC di antara penyedia layanan kesehatan primer, termasuk penyedia layanan kesehatan swasta. Pembiayaan akan membantu menghubungkan penyedia layanan dari sektor swasta dengan program TBC nasional, dan memudahkan mereka untuk memberi tahu, mendiagnosis, dan mengobati TBC dengan meningkatkan akses mereka pada diagnostik dan obat-obatan yang disediakan oleh Program Tuberkulosis Nasional.
Yang ketiga adalah meningkatkan sistem digital untuk TBC dan kebijakan yang terinformasi dengan baik melalui penciptaan ekosistem yang bertujuan meminimalkan beban pelaporan dan meningkatkan ketersediaan dan keandalan data. Ekosistem ini akan mendukung ekuitas, pemerataan akses, dan pemantauan program TB yang lebih baik bagi layanan kesehatan sektor publik dan swasta.
“Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam memberantas TBC dan Bank Dunia bangga mendukung perjuangan ini. Pembiayaan kami akan memperkuat respons Indonesia terkait TBC sambil membuka jalan bagi sistem perawatan kesehatan primer yang lebih kuat, menggabungkan pelajaran yang didapat dari program ini," kata Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste.
Dukungan baru dari Bank Dunia sejalan dengan Kerangka Kerja Kemitraan Negara 2021-2025, khususnya dalam memelihara modal manusia dengan memperkuat kualitas dan ekuitas dalam layanan kesehatan.
Untuk selengkapnya, silakan kunjungi:
www.worldbank.org/id (English)
www.worldbank.org/indonesia (Bahasa Indonesia)
Ikuti kami di Twitter and Facebook: @BankDunia