WASHINGTON D.C., 20 Juni 2019 – Pada tanggal 19 Juni 2019, Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia menyetujui pinjaman sebesar $150 juta untuk membiayai rekonstruksi dan penguatan perumahan dan fasilitas umum yang terdampak oleh tsunami dan gempa di Sulawesi Tengah pada September 2018. Pembiayaan ini akan mendukung upaya Pemerintah Indonesia merehabilitasi dan merekonstruksi daerah tersebut, dan membantu mengurangi jumlah korban jiwa dan kerugian ekonomi dari bencana alam di masa depan.
Dibiayai oleh pinjaman baru ini, Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP) atau Proyek Rekonstruksi dan Rehabilitasi Sulawesi Tengah akan meningkatkan ketahanan bangunan dan keberlanjutan fasilitas umum dan pemukiman yang perlu mendapatkan bantuan. Penerima manfaat termasuk 170.000 orang yang harus berpindah dan sekitar 7,000 rumah tangga yang terkena bencana di daerah tersebut. Proyek ini juga akan meningkatkan kapasitas mitra pemerintah dan pelaksana untuk menjamin mutu praktik konstruksi dan pemenuhan standar, bersamaan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat.
Berlokasi di Daerah Cincin Api Pasifik dengan 127 gunung berapi aktif, Indonesia merupakah salah satu negara di dunia yang memiliki kecenderungan tinggi terhadap bencana. Bencana alam membawa akibat merugikan bagi masyarakat dan perekonomian, seringkali berdampak pada hasil pembangunan nasional. Dari tahun 2007 hingga 2018, bencana telah menyebabkan lebih dari 7.300 korban jiwa, memindahkan 55 juta orang, dan kerugian ekonomi sekitar 2.2 hingga 3 milyar dollar per tahun. Gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan korban jiwa sekitar 4.000 orang dan kerugian ekonomi sebesar 1,3 milyar dollar, atau 13,7percent dari GDP daerah tersebut.
“Upaya Indonesia yang konsisten dalam mengembangkan ekonomi dan mengurangi angka kemisiknan telah membawa hasil yang positif. Walaupun daerah perkotaan memiliki peran penting dalam kemajuan ini, pertumbuhan pesat dan transformasi kota-kota ini seringkali menjadikan daerah tersebut rentan terhadap bencana alam dan dampak perubahan iklim,” kata Rodrigo A. Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste. “Memperkuat perumahan dan praktik pembangunan adalah bagian yang penting dari strategi manajemen bencana.”
Ketika kota kecil maupun besar tumbuh tanpa adanya pengembangan infrastruktur yang dikelola dengan hati-hati dan perencanaan yang berdasarkan pada informasi mengenai risiko terkait, maka daerah di mana orang dan aset berkumpul dapat menjadi “hotspot” bencana. Di Sulawesi Tengah, bagian perkotaan dari populasi akan tumbuh dari 24,3 persen di 2010 menjadi 43,1 persen di 2035. Untuk menjawab hal ini, CSRRP akan mendukung masyarakat tertuju dengan perumahan dan fasilitas umum yang sudah direkonstruksi dan diperkuat.
“Desain fasilitas umum akan mengikuti prinsip desain iklusif yang tertera pada Master Plan Pemerintah, khususnya yang terkait perubahan iklim dan mereka yang berkebutuhan khusus, wanita, dan anak-anak. Program ini juga akan melengkapi konstruksi infrastruktur dan kegiatan pemulihan yang didanai oleh pemerintah di daerah, proyek lain yang dibiayai oleh Bank Dunia, dan mitra pembangunan,” kata George Soraya, Lead Municipal Engineer dan Team Leader proyek ini dari Bank Dunia.
Dukungan Bank Dunia terhadap infrastruktur dan penyediaan layanan lokal merupakah komponen penting dari Kerangka Kemitraan Negara dari Kelompok Bank Dunia untuk Indonesia, yang berfokus pada prioritas pemerintah dengan potensi dampak perubahan yang besar, termasuk pengurangan risiko bencana.