Singapura Di Peringkat Teratas
Washington, D.C., 29 Oktober, 2014— Sebuah laporan terbaru Kelompok Bank Dunia menyatakan bahwa Singapura menjadi negara terdepan yang paling ramah menyediakan iklim membuka usaha dari sejumlah besar negara-negara di Asia-Pasifik. Termasuk dalam sepuluh urutan teratas negara-negara yang memberikan kemudahan dalam mendirikan usaha adalah Selandia Baru, Hong Kong, Tiongkok, Republik Korea dan Australia.
Dirilis hari ini, Doing Business 2015: Melampaui Efisiensi melaporkan, pelaku usaha pemula lokal di Asia Timur dan Pasifik terus melihat perbaikan-perbaikan dalam iklim usaha. Tahun lalu saja, negara-negara di wilayah ini telah melaksanakan 24 reformasi terkait peraturan-peraturan di bidang kebijakan usaha[1]. Indonesia tercatat berupaya meningkatkan prospek pengusaha kecil dengan mereformasi tiga tiga kebijakan pada tahun 2013/14. Di kota-kota besar, proses persetujuan untuk penggabungan usaha ditingkatkan dan pajak tenaga kerja dikurangi. Di Jakarta, proses untuk mendapatkan sambungan listrik telah dipercepat dengan mengurangi beberapa persyaratan.
Data menunjukkan bahwa banyak negara di wilayah ini mempermudah pembayaran pajak selama satu tahun terakhir. Vietnam mengurangi tarif pajak penghasilan perusahaan. Tiongkok meningkatkan sistem pengajuan dan pembayaran elektronik, juga mengurangi biaya penggabungan usaha. Mongolia memperkenalkan sistem pembayaran elektronik baru. Tak heran bila semua kegiatan reformasi ini membuahkan hasil. Di Mongolia, misalnya, pengusaha lokal melihat rata-rata waktu untuk mengurus kewajiban pajak menjadi lebih singkat yaitu dari 192 jam per tahun di tahun 2013, menjadi 148 jam per tahun – lebih singkat dari proses di Austria.
"Sejak tahun 2005, wilayah Asia Timur dan Pasifik berupaya semakin mewujudkan praktek-praktek global yang baik," kata Rita Ramalho, penulis utama laporan Doing Business. "Reformasi di bidang kebijakan yang dilakukan secara konsisten telah meningkatkan kemudahan melakukan usaha dalam satu dekade terakhir, dan memberikan lebih banyak peluang bisnis bagi pengusaha lokal."
Tahun ini, untuk pertama kalinya, Doing Business mengumpulkan data dari kota kedua terbesar di negara-negara di wilayah ini, dengan jumlah penduduk lebih dari 100 juta. Di Cina, laporan terbaru telah menganalisa kebijakan usaha di Beijing dan Shanghai. Di Indonesia, analisa kebijakan dilakukan di Surabaya dan Jakarta. Perbedaan antara kota-kota tersebut bersifat umum untuk indikator-indikator yang mengukur langkah, waktu, dan biaya yang dibutuhkan ketika memproses pendirian usaha. Hal ini sesuai dengan kebijakan dimana lembaga lokal berperan lebih besar, demikian menurut laporan ini.
Laporan tahun ini juga memperbanyak data dari tiga topik teratas, jumlah yang akan meningkat menjadi lima topik pada tahun depan. Selain itu, peringkat kemudahan melakukan usaha sekarang diukur berdasarkan distance to frontier score. Jarak ini menunjukkan seberapa dekat negara tersebut dengan praktek-praktek terbaik di dunia dalam mengatur iklim usaha. Skor yang lebih tinggi menunjukkan iklim usaha yang lebih efisien dan lembaga hukum yang lebih kuat.
Mengenai rangkaian laporan Doing Business
Laporan tahunan Doing Business dari Kelompok Bank Dunia menganalisa kebijakan usaha yang terkait dengan siklus kehidupan usaha kecil, termasuk proses pendirian dan pengoperasian usaha, perdagangan lintas negara, pembayaran pajak, dan penutupan usaha. Namun penting untuk diketahui, laporan Doing Business tidak mengukur seluruh aspek iklim usaha yang dipandang penting bagi para pelaku usaha dan investor. Sebagai contoh, laporan ini tidak mengukur kualitas pengelolaan fiskal, aspek-aspek lain terkait stabilitas makro ekonomi, tingkat ketrampilan tenaga kerja, atau kekuatan sistem keuangan.
Temuan-temuan yang terekam dalam laporan Doing Business telah mendorong munculnya berbagai diskusi kebijakan di tingkat dunia, selain juga memacu berkembangnya penelitian yang mengkaji keterkaitan antara kebijakan usaha dan kinerja perekonomian. Setiap tahun, para penulis tim bekerja memperbaiki metodologi dan meningkatkan kualitas pengumpulan data, analisa dan hasil dan memperoleh umpan balik dari banyak pemangku kepentingan.
Dengan tujuan utama untuk menjadi rujukan dalam dalam memahami dan meningkatkan kebijakan iklim usaha di seluruh dunia, setiap laporan Doing Business telah banyak ditinjau untuk memastikan kualitas dan efektivitasnya. Laporan tahun ini merupakan laporan ke-12 dari rangkaian laporan Doing Business. Untuk informasi lebih lanjut,, silakan kunjungi: www.doingbusiness.org dan bergabung dengan kami melalui doingbusiness.org/Facebook.
Tentang Kelompok Bank Dunia
Kelompok Bank Dunia berperan penting dalam upaya global mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia. Kelompok Bank Dunia terdiri dari lima institusi yaitu: Bank Dunia, termasuk International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan International Development Association (IDA); International Finance Corporation (IFC); Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA); dan International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID). Bekerja bersama dengan lebih dari 100 negara, institusi-institusi ini menyediakan pendanaan, bantuan teknis dan solusi-solusi lain yang membantu negara-negara tersebut dalam menangani tantangan-tantangan terberat di bidang pembangunan. Untuk informasi lebih lanjut, silakan mengunjungi www.worldbank.org, www.miga.org, and www.ifc.org.
[1] Reform count excludes Australia, Japan, the Republic of Korea, and New Zealand, which are classified as OECD high-income economies.