Jakarta, 28 Oktober 2013 – Kurangnya pelayanan sanitasi menghambat potensi pertumbuhan Indonesia, menurut laporan terbaru Bank Dunia mengenai sanitasi perkotaan. Kerugian ekonomi yang diderita oleh Indonesia terkait dengan kesehatan dan lingkungan akibat layanan sanitasi yang kurang memadai, mencapai sekitar 2,3 persen dari PDB tahunan. Kajian ini berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Program Air dan Sanitasi (Water Sanitation Program - WSP) Bank Dunia beberapa waktu lalu.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang luar biasa selama beberapa tahun kebelakang ini belum diimbangi dengan peningkatan pelayanan sanitasi. Hanya 5 persen lumpur tinja dan hanya 1 persen air limbah yang dihasilkan masyarakat dikumpulkan dan diolah dengan benar, menyebabkan kekhawatiran akan dampak kesehatan dan lingkungan. Lebih dari itu, sekitar 14 persen penduduk perkotaan masih melakukan praktek buang air besar sembarangan (open defecation).
“Hampir separuh penduduk Indonesia tinggal di daerah perkotaan dan semakin banyak penduduk yang akan pindah ke daerah perkotaan pada masa mendatang. Pelayanan manajemen air limbah dan lumpur tinja yang lebih baik sangat diperlukan, terutama bagi masyarakat miskin,” ucap Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chavez. “Indonesia akan menerima manfaat dari solusi transformatif yang melibatkan sektor publik dan swasta, juga dengan peningkatkan kesadaran masyarakat akan budaya hidup bersih dan sehat yang lebih baik.
Sejak tahun 2000, pemerintah Indonesia telah menjalankan beragam reformasi untuk sektor air bersih dan sanitasi yang telah membuahkan hasil. Contohnya, Program Pengembangan Sanitasi Perkotaan (PPSP) yang telah membantu ratusan pemerintah daerah dalam mempersiapkan Strategi Sanitasi Kota. Komitmen Pemerintah untuk meningkatkan pelayanan juga tercermin dari kenaikan pendanaan untuk pelayanan sanitasi yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut membantu mendanai pembangunan 1700 sistem air limbah berbasis masyarakat (SANIMAS) dan berbagai rencana untuk mengembangkan lebih banyak lagi sistem semacam ini. Pemerintah juga tengah merencanakan pembangunan sistem jaringan pipa air limbah dan pengolahan secara terpusat (sewerage) di kota-kota besar, yang akan membantu memperluas layanan sanitasi yang aman dan ramah lingkungan.
“Pelayanan sanitasi perkotaan yang berkualitas akan mendukung pertumbuhan ekonomi perkotaan, mengurangi risiko kesehatan, dan melindungi lingkungan,” ucap Sudipto Sarkar, Kepala Praktisi Sektor Air Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik. “Diperlukan upaya-upaya komprehensif dan tepat guna untuk memperbaiki sanitasi, demi mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat, termasuk penduduk miskin.”
Kajian sanitasi perkotaan Indonesia merupakan bagian dari Kajian Sanitasi Perkotaan Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik. Kajian ini difokuskan di tiga negara berkembang dengan pendapatan menengah yaitu: Indonesia, Filipina, Vietnam. Hasil kajian di tingkat regional dan negara ini diharapkan dapat membantu penyusunan kerangka kerja untuk perbaikan sektor sanitasi.