Jakarta, 2 Juli 2013 – Indonesia melakukan penyesuaian terhadap tekanan-tekanan ekonomi yang terus berlanjut, yang ditandai oleh melambatnya pertumbuhan pada kuartal pertama dan melambatnya permintaan dalam negeri, dan juga pengurangan subsidi BBM yang telah lama ditunggu-tunggu dan bersama dengan paket kompensasi, menurut Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia yang terbaru dari Bank Dunia .
Lebih lanjut, adanya rencana Bank Sentral AS mengakhiri pembelian obligasinya pada tahun 2014 telah memicu penjualan besar-besaran pada aset-aset pasar negara berkembang (emerging market), yang memicu Bank Indonesia untuk meningkatkan suku bunga, sebagai penyesuaian kebijakan terhadap perubahan dinamika keadaan eksternal.
Bank Dunia memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2013 akan mencapai 5,9 persen, di bawah proyeksi sebelumnya sebesar 6,2 persen untuk tahun ini, yang mencerminkan perlambatan pertumbuhan permintaan dalam negeri dan berlanjutnya tekanan terhadap harga-harga komoditas dan penerimaan ekspor.
“Walau kebijakan moneter dan fiskal telah responsif, tekanan-tekanan lain juga bermunculan, sehingga membutuhkan kesiapan bagi penyesuaian kebijakan selanjutnya untuk mengamankan stabilitas ekonomi makro dan menjaga momentum pertumbuhan Indonesia,” kata Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia. “Menjaga kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang fleksibel tetapi dapat diprediksi dan dikomunikasikan dengan baik akan membantu Indonesia melalui masa yang penuh ketidakpastian ini.”
Peningkatan harga BBM bersubsidi yang cukup besar – suatu reformasi yang besar – akan membantu memperkecil defisit APBN 2013, dengan proyeksi penghematan sebesar Rp 42 triliun untuk tahun ini, menurut laporan Triwulanan itu.
Selain mengatasi peningkatan permintaan bagi impor energi ditengah penurunan produksi minyak dalam negeri, reformasi subsidi tersebut juga merupakan langkah yang penting untuk mendorong peningkatan belanja untuk program-program bantuan sosial, untuk membantu lebih banyak rakyat Indonesia keluar dari kemiskinan. Tingkat kemiskinan diproyeksikan akan turun menjadi 9,4 persen pada bulan Maret 2014.
“Melindungi keluarga miskin dari dampak tingginya harga BBM menjadi prioritas utama kami, dan oleh karena itulah kami merancang paket kompensasi yang membawa sistem pendukung sosial Indonesia menjadi lebih menyeluruh, terintegrasi dengan penargetan yang lebih baik,” kata Hatta Radjasa, Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia, yang merujuk pada Program Kompensasi Khusus, yang juga termasuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) untuk 15,5 juta keluarga termiskin di Indonesia selama empat bulan.
“BLSM dapat memberikan bantuan yang memadai, tepat waktu dan efektif bagi keluarga miskin dan rentan yang terkena dampak reformasi subsidi BBM,” tambah Menko Radjasa.
Sementara Bank Dunia memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan sedikit melambat pada tahun 2013 dan kembali meningkat pada tahun 2014, terdapat risiko akan perlambatan yang lebih kuat. Perlemahan harga-harga komoditas dunia yang terus berlanjut akan membebani prospek ekonomi Indonesia, dengan besarnya peran mereka terhadap penerimaan dalam valuta asing, keuntungan dunia usaha dan kegiatan investasi. Harga komoditas utama Indonesia pada umumnya telah menurun dan kini berada pada tingkat lebih dari 20 persen lebih rendah dibanding harga-harga tertingginya pada tahun 2011.