Jakarta, Indonesia, November 12, 2012 - Pengalaman Indonesia dalam upaya pemulihan pascabencana telah membantu kesiapan Indonesia menghadapi bencana, dan memberikan contoh-contoh “praktek terbaik” untuk negara-negara rawan bencana alam lainnya, menurut beberapa pakar dalam acara konferensi internasional pembangunan pascabencana. Dukungan yang cukup signifikan terhadap upaya pemulihan pascabencana yang dilakukan oleh Pemerintah datang dari dua program sukses: Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) serta Java Reconstruction Fund (JRF).
“Program-program MDF dan JRF telah menghasilkan sejumlah pembelajaran yang menjadi perhatian masyarakat internasional, di antaranya dalam pelaksanaan rekonstruksi perumahan berbasis pemberdayaan masyarakat, pemulihan ekonomi masyarakat (livelihood), peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat tentang pengurangan risiko bencana,” kata Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Armida Alisjahbana. “Pengalaman dan pembelajaran yang dipetik telah memperkaya masyarakat Indonesia dan membuatnya lebih tangguh. Hal ini tentu akan membantu kita dalam mempersiapkan diri di masa depan.”
Bertemakan Pembelajaran dari Pengalaman Indonesia dalam Rekonstruksi dan Kesiagaan Bencana, konferensi internasional ini adalah forum berbagi pengetahuan antara praktisi dan pembuat kebijakan.
Program MDF dan JRF akan mengakhiri mandat mereka pada tanggal 31 Desember 2012. Konferensi ini menarik sekitar 500 peserta, termasuk representatif dari negara-negara rawan bencana seperti Haiti, Pakistan, dan Jepang, serta dihadiri oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
MDF dan JRF mendukung pendekatan berbasis masyarakat dalam rekonstruksi pemukiman, rekonstruksi infrastruktur besar dan kecil dan pemulihan mata pencaharian. Program-program MDF dan JRF juga mempromosikan kesetaraan jender, peningkatan kapasitas, serta pengurangan risiko bencana.
Pemerintah Indonesia memegang peranan sentral dalam mengkoordinir rekonstruksi pascabencana yang menyeluruh. MDF dan JRF memberikan kontribusi yang penting bagi strategi pemerintah.
“MDF dan JRF telah berhasil menanggapi bencana-bencana ini,” ujar Kepala Perwakilan Bank Dunia Stefan Koeberle. “Faktor utama dari keberhasilan ini adalah kepemimpinan pemerintah yang kuat, sebagai basis kemitraan yang efektif dengan donor, lembaga internasional, LSM, dan masyarakat setempat.”
Para donor menggaris bawahi pentingnya terus berbagi pelajaran dari Indonesia akan pemulihan pascabencana dan kesiagaan menghadapi bencana.
“Berakhirnya MDF dan JRF bukan berarti akhir dari cerita ini,” ujar Yang Mulia Julian Wilson, Duta Besar Uni Eropa. “Seperti yang ditunjukkan dalam konferensi hari ini—yang kita lakukan adalah sekedar menutup satu bab seraya membuka bab baru—berkolaborasi dengan Indonesia dalam lingkup ASEAN maupun internasional untuk kesiagaan menghadapi bencana.”
Gubernur Aceh yang baru dilantik, Zaini Abdullah, menyatakan penghargaannya atas bantuan yang diberikan kepada provinsi Aceh.
“Program Pembangunan Aceh setelah 2012 akan membutuhkan perhatian dan dukungan terus-menerus guna memastikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan meningkatkan kapasitas dari lembaga-lembaga setempat dalam penyediaan layanan, pengelolaan keuangan publik, dan keberlanjutan program peningkatan mata pencaharian pedesaan untuk lebih banyak menciptakan kesempatan kerja,” kata Gubernur.
MDF dibentuk atas permintaan Pemerintah Indonesia setelah tsunami Desember 2004, yang menelan lebih dari 200.000 warga Indonesia dan menyebabkan 500.000 orang kehilangan tempat tinggal. JRF, yang dibentuk dengan mengacu pada model MDF, dibentuk untuk menanggapi gempa bumi dan tsunami di Jawa yang menelan 5.000 korban. Masa kerja JRF diperpanjang untuk mendukung upaya rekonstruksi terkait dengan letusan Gunung Merapi pada tahun 2010.
Capaian MDF dalam membangun 20.000 rumah dan lebih dari 3.000 km jalan pedesaan; mendukung hampir 10.000 proyek infrastruktur setempat; rehabilitasi dan rekonstruksi dari lebih dari 1.200 bangunan publik; serta rekonstruksi lima pelabuhan nasional dan internasional adalah capaian rekonstruksi yang luar biasa. JRF sendiri telah membangun lebih dari 15.000 rumah dan menyelesaikan lebih dari 4.000 proyek infrastruktur lokal. JRF juga mendukung lebih dari 15.000 usaha mikro dan kecil untuk membangun usaha dan meningkatkan penghasilan mereka.
Tentang MDF:
Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) menghimpun sekitar US$655 juta dana hibah dari 15 donor untuk mendukung pelaksanaan agenda rekonstruksi dan rehabilitasi Pemerintah Indonesia. Jumlah ini diperkirakan sama dengan 10% dari keseluruhan upaya rekonstruksi dan rehabilitasi di Aceh dan Nias. Sesuai dengan permintaan Pemerintah Indonesia, Bank Dunia ditunjuk sebagai Wali Amanat yang bertanggung jawab untuk mengelola MDF. Donor MDF terdiri dari Uni Eropa, pemerintah Belanda, Inggris, Bank Dunia, pemerintah Swedia, Denmark, Norwegia, Jerman, Kanada, Bank Pembangunan Asia (ADB), pemerintah Amerika Serikat, Selandia Baru dan Irlandia. MDF bekerja pada di enam bidang hasil yaitu pemulihan masyarakat, pembangunan infrastuktur besar dan transportasi, penguatan tata kelola pemerintahan, pelestarian lingkungan dan peningkatan proses pemulihan serta pembangunan ekonomi. Mandat MDF berakhir bulan Desember 2012.
Tentang JRF:
Java Reconstruction Fund (JRF) dikoordinasikan oleh Pemerintah Indonesia melalui Bappenas, untuk membantu upaya pemulihan Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat setelah gempa bumi dan tsunami tahun 2006 silam. JRF diperpanjang hingga satu tahun sebagai tanggapan atas letusan gunung Merapi di penghujung 2010. Seluruh dana hibah dari tujuh negara donor dihimpun melalui JRF senilai lebih dari US$ 94 juta. Bank Dunia berperan sebagai wali amanat bagi para donor, yaitu Uni Eropa, pemerintah Belanda, pemerintah Inggris, Asian Development Bank (ADB), pemerintah Kanada, pemerintah Denmark, dan Finlandia.