JAKARTA, 23 Juni, 2011 - Kementerian Kehutanan Indonesia telah menerima hibah sebesar $ 3,6 juta dari Forest Carbon Partnership Facility, sebuah fasilitas multi-donor yang dikelola Bank Dunia. Hibah ini berkontribusi pada upaya pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 26 persen pada tahun 2020, sambil terus mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi.
"Kerjasama dengan Bank Dunia dan Forest Carbon Partnership Facility ini bertujuan memberi kontribusi pada pembangunan kapasitas Indonesia dalam merancang strategi nasional REDD+," kata Tachrir Fathoni, Kepala unit Penelitian dan Pembangunan Kementerian Kehutanan.
Sejak menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Perubahan Iklim di Bali tahun 2007 lalu, Indonesia telah melancarkan berbagai upaya untuk mengatasi perubahan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Salah satu upaya tersebut yakni persiapan penerapan skema Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan " atau yang lebih dikenal dengan isitilah REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation). REDD adalah skema untuk menghentikan penebangan atau perusakan hutan di negara berkembang, dan karenanya mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara. Negara maju dapat membayar sejumlah uang kepada negara berkembang untuk menerapkan berbagai kebijakan dan proyek untuk menghentikan kerusakan hutan. Proses ini selain bantu melindungi lingkungan, juga dapat mengurangi pemanasan global dan menjadikan pelestarian hutan dan lahan gambut sebagai sumber pendapatan berkelanjutan.
Dengan strategi nasional REDD+, Indonesia tidak hanya fokus pada penurunan kerusakan hutan, tetapi juga menekankan peran konservasi, pengelolaan hutan secara lestari serta peningkatan stok karbon hutan. Pendapatan Indonesia dari skema ini berpotensi mencapai $1 milyar per tahun.
"Indonesia merupakan salah satu negara berhutan tropis pertama untuk mendapat dukungan Forest Carbon Partnership Facility, dan ini menunjukkan bahwa Indonesia fokus terhadap pencapaian targetnya mengurangi emisi gas rumah kaca " terutama dari kerusakan hutan," kata Stefan Koeberle, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia. "Apa yang terjadi dengan hutan-hutan Indonesia akan sangat menentukan masa depan skema REDD dan perdagangan karbon secara global. Indonesia sudah memberi contoh bagi negara-negara berkembang lain."
Dalam sebuah lokakarya hari ini Kementerian Kehutanan mengumumkan sejumlah kegiatan yang akan didanai hibah Forest Carbon Partnership Facility. Langkah-langkah penting selanjutnya adalah:
Menganalisa penyebab deforestasi dan apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi kerusakan hutan dan emisi gas rumah kaca
Berkonsultasi dan berkomunikasi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat adat
Membangun kapasitas semua lembaga dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam implementasi kegiatan REDD
Peserta lokarkarya termasuk anggota Dewan Nasional Perubahan Iklim, Satuan Tugas Persiapan Pembentukan Kelembagaan REDD dibawah Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan, sejumlah kementerian terkait, organisasi masyarakat sipil dan media. Donor yang tergabung dalam Forest Carbon Partnership Facility termasuk Agence Française de Développement (Perancis), Australia, Denmark, Finlandia, Jerman, Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss, Inggris dan Amerika Serikat.