Secara global, anak dengan disabilitas adalah kelompok yang paling mungkin terpinggirkan dalam hal pendidikan. Di Indonesia, hampir 30 persen anak dengan disabilitas tidak memiliki akses ke pendidikan, dan banyak di antara mereka yang bersekolah ternyata tidak mendapatkan layanan yang memadai.
Terlepas dari kemajuan yang dicapai dalam pengembangan kebijakan pendidikan inklusif, implementasi program-program pendidikan inklusif masih perlu didorong lebih jauh. Melalui Inclusive Education Initiative (IEI) Trust Fund atau Dana Perwalian Pendidikan Inklusif, Bank Dunia mendukung Pemerintah Indonesia melalui program uji coba secara daring untuk dapat mendiagnosis secara lebih baik kebutuhan pembelajaran bagi siswa dengan disabilitas di daerah pedesaan dan mengidentifikasi kesenjangan layanan pendidikan bagi siswa tersebut. Adanya tanggapan positif terhadap program uji coba ini menunjukkan peluang untuk memperluas program kepada 139.000 siswa disabilitas di sekolah-sekolah inklusif Indonesia.
Program uji coba yang dilaksanakan oleh Yayasan Wahana Inklusif Indonesia bertempat di desa-desa di Lebak, Cilacap, Bondowoso, Ponorogo, dan Bima, berlangsung sejak bulan Oktober 2021 hingga November 2022. Program ini diinisiasi sebagai respon atas permintaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk melakukan asesmen terhadap kemampuan belajar siswa dengan disabilitas selama pandemi COVID-19.
Instrumen asesmen digunakan secara kolaboratif oleh para profesional di bidang pendidikan, psikologi, dan kesehatan, juga oleh para guru dan orang tua. Pendekatan multidisiplin ini bertujuan untuk memberikan evaluasi yang lebih holistik. Platform daring digunakan untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Sebagai hasilnya, lebih dari 100 siswa dengan disabilitas belajar untuk pertama kalinya menerima diagnosis menyeluruh terkait kebutuhan belajar mereka. Para guru diberi dukungan dalam melakukan asesmen terhadap kemampuan dalam membaca dan Matematika serta dalam mengumpulkan data kesehatan dan psikologis untuk dievaluasi oleh para pendidik yang lebih berpengalaman (mentor), psikolog, dan ahli kesehatan. Guru-guru juga bekerja sama dengan para profesional kesehatan dalam mencatat kemajuan siswa mereka, sementara dari para mentor mereka mempelajari cara mengajar siswa dengan disabilitas menggunakan modul Bahasa Indonesia dan Matematika, serta menyusun Perencanaan Pembelajaran Individual (PPI) untuk setiap siswa.
Program uji coba ini memiliki dampak jangka panjang terhadap kemajuan pembelajaran siswa, suatu hal yang diapresiasi oleh orangtua, guru, dan Dinas Pendidikan. Niar, seorang ibu dari siswa dengan disabilitas (autisme), mengatakan bahwa ia telah melihat kemajuan signifikan dalam pembelajaran anaknya.
"Dengan program ini, anak saya yang berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan seperti seharusnya, sama seperti siswa lainnya," ujarnya. "Perkembangannya sangat signifikan. Ketika pertama kali masuk sekolah, dia mengalami kesulitan dalam belajar karena memiliki autisme, tetapi melalui program ini, terlihat adanya perubahan. Saya berharap semua guru dapat menerima pelatihan seperti ini agar siswa dengan disabilitas dapat menerima dukungan pembelajaran yang layak."
Para guru mengapresiasi bimbingan yang diberikan oleh program ini.
"Saya sangat bersyukur karena sebelum adanya asesmen ini, saya hanya mengajar siswa dengan disabilitas berdasarkan pengetahuan saya saja," ujar Aisyah, seorang guru kelas empat. "Sekarang, saya memiliki program yang lebih jelas. Siswa-siswa saya sudah mulai bisa menggabungkan kata-kata, dan kami terus membimbing mereka sampai mereka bisa membaca. Asesmen dan pengembangan PPI membantu dalam proses pembelajaran siswa."
Asesmen dari program uji coba ini juga memberikan kontribusi pada manajemen data pendidikan Kemendikbudristek. Dalam banyak kasus, bantuan profesional diperlukan untuk menghasilkan diagnosis yang akurat bagi siswa dengan disabilitas. Berkat program uji coba ini, kualitas data dalam Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dapat terus ditingkatkan dan membantu untuk mengalokasikan sumber daya yang diperlukan oleh siswa yang membutuhkan.