Jakarta, Indonesia, 22 September 2016 – Bila para pegawai pemerintah ingin mencari informasi mengenai jumlah luas daerah pertanian di Indonesia, jawabannya tergantung pada data lembaga pemerintah mana yang dipakai.
Banyaknya peta dan informasi yang tumpang tindih mempersulit perencanaan kota di Indonesia, negara dengan salah satu laju urbanisasi tercepat di dunia. Pada tahun 2025, diperkirakan 68% penduduk Indonesia akan tinggal di kota, tetapi minimnya budaya berbagi data dan sarana teknologi informasi untuk melakukannya membatasi kemampuan kota-kota untuk mengelola informasi dan tantangan yang mereka hadapi.
Seiring upaya Indonesia untuk memperkuat kapasitas melakukan analisa berbasis bukti, Bank Dunia mendirikan program City Planning Labs, yang mendukung kota-kota mengembangkan infrastruktur tunggal data spasial.
Program tersebut akan mengembangkan strategi informasi spasial bagi tiap kota yang berpartisipasi, seperti: Infrastruktur data spasial daerah yang menetapkan proses dan prosedur bagi lembaga dan teknologi untuk saling berinteraksi; teknologi informasi komunikasi untuk berbagi data; memproduksi data terkini; serta mengembangkan keterampilan teknis para pegawai kota agar mampu menggunakan data dengan lebih baik.
Arifin Rudiyanto, Deputi Pembangunan Daerah Bappenas, mengatakan bahwa City Planning Labs akan mendukung pemerintah dalam mencapai sistem manajemen dan penggunaan data yang terintegrasi. “Perencanaan kota yang baik akan memerlukan data statistik dan geospasial yang sekarang berada di berbagai lembaga pemerintah,” katanya.
“Kita kaya akan data tapi miskin informasi,” kata Doni Widiantoro, Direktur Jenderal Perencanaan dari Kementerian Agraria dan Perencanaan Spasial, merujuk pada beragam data yang dimiliki oleh berbagai kementerian.
Beberapa negara seperti Singapura telah berhasil memanfaatkan teknologi geospasial untuk mengatasi tantangan perencanaan kota. Kunci keberhasilannya, kata Ng Siau Yong, Direktur Geospasial Data Division dari Singapore Land Authority, bukanlah teknologi. “Menghilangkan sekat-sekat pemisah informasi menjadi kunci dalam pembuatan kebijakan sehingga kita bisa bekerja sebagai satu pemerintahan,” kata Yong.