Dampak panjang beban ganda malnutrisi
Kekurangan gizi pada anak-anak bisa mulai terjadi pada tahap sangat awal dalam hidup. Saat seorang anak menerima asupan gizi yang kurang baik saat masih dalam kandungan, tubuhnya akan “terprogram” agar bisa bertahan hidup dalam kondisi gizi yang kurang. Akibat “pemrograman” ini, apabila kelak ia hidup dalam lingkungan dengan asupan gizi yang mudah diperoleh, tubuh mereka akan sangat rentan terhadap obesitas sehingga mudah terkena penyakit tidak menular seperti diabetes dan jantung.
Stunting adalah tanda kurang gizi kronis, dan dampak paling merugikan adalah terhadap perkembangan otak:
- Stunting mengurangi IQ sebesar 5-11 poin
- Nilai sekolah anak-anak jadi lebih rendah
- Anak-anak yang lahir dengan berat badan kurang punya peluang 2,6 kali lebih kecil untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi
- Pemasukan anak-anak dengan stunting 10 persen lebih rendah.
Saat anak terkena stunting, produktivitas mereka akan berkurang saat usia muda – capaian pendidikan lebih rendah menghasilkan pekerjaan dengan pemasukan lebih kecil. Bila diiukti dengan kenaikan berat badan tinggi saat tua, mereka akan berisiko terkena obesitas dan penyakit lain yang terkait pola makan. Ini adalah beban ganda malnutrisi.
Penyebab beban ganda malnutrisi di Indonesia
Ada banyak penyebab beban ganda malnutrisi. Sebuah studi Bank Dunia menyoroti empat faktor utama di Indonesia:
- Meningkatknya usia harapan hidup berkontribusi terhadap perubahan pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.
- Naiknya kekayaan nasional disertai naiknya ketersediaan makanan membuat konsumsi lemak per kapita naik dua kali lipat. Makanan olahan juga dikonsumsi dengan tingkat yang lebih tinggi, khususnya di wilayah perkotaan.
- Banyak kota tidak ramah bagi pejalan kaki sehingga tidak mendukung aktivitas fisik, selain itu tempat-tempat yang menyediakan makanan sehat terbatas. Mereka yang bekerja dan sekolah tidak punya banyak pilihan selain makanan siap saji di luar rumah.
- Budaya dan tradisi mempengaruhi gizi ibu hamil dan anak-anak, serta norma sosial membuat perempuan menikah saat masih muda. Faktor-faktor ini berkontribusi terhadap naiknya kasus kelahiran dengan berat badan kurang.
Dampak dari segi ekonomi
Dampak beban ganda malnutrisi tidak hanya dirasakan individu. Ekonomi juga terkena dampaknya; kerugian akibat stunting dan malnutrisi diperkirakan setara dengan 2-3% PDB Indonesia.
“Semakin banyak kasus penyakit tidak menular di Indonesia telah mengakibatkan naiknya pengeluaran bagi pemerintah, khususnya untuk jaminan kesehatan nasional,” kata Doddy Izwardy, Direktur Nutrisi di Kementerian Kesehatan. “Biaya tertinggi jaminan kesehatan nasional adalah untuk perawatan stroke, diabetes dan gagal ginjal.”
Penyakit tidak menular kini menjadi penyebab 60% kematian. Beban ganda malnutrisi jelas menjadi masalah bagi Indonesia dan memerlukan perhatian lebih.
Beban ganda malnutrisi juga akan menghambat potensi dari transisi demografis Indonesia, dimana rasio penduduk usia tidak bekerja terhadap penduduk usia kerja akan menurun.
“Yang seharusnya menjadi bonus demografi bisa menjadi beban demografi,” kata Prof. Soekirman, Direktur Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia.
Menurut Prof. Endang Achadi: “Agar bisa melibatkan kerjasama berbagai pihak, stunting perlu dikaitkan dengan kecerdasan rendah dan penyakit kronis, agar kita bisa meningkatkan mutu bangsa kami.”