Jakarta, 22 Maret 2013 – Beberapa tahun yang lalu, Warga bekerja sebagai petani di Desa Ponggang, Jawa Barat, tapi kini ia memiliki sebuah usaha fasilitas sanitasi. Ia membuat jamban dan tanki septik yang sehat, kemudian membantu memasangnya di rumah-rumah.
“Hidup saya sekarang menjadi lebih baik. Tidak saja usaha saya menghasilkan pemasukan yang lebih baik bagi keluarga saya, tapi saya juga ikut membantu masyarakat sekitar menjadi lebih sehat,” kata Warga dengan bangga mengenai matapencahariannya sebagai wirausahawan sanitasi.
Dengan berkembangnya usaha sanitasi di desanya, Warga dan penduduk sekitar berharap desanya bisa menghilangkan kebiasaan buang air di tempat terbuka dengan segera.
Wirausahawan sanitasi memberi solusi lokal
Warga merupakan salah satu dari banyak wirausahawan sanitasi yang telah memulai usahanya sendiri dengan dukungan Program Air dan Sanitasi Bank Dunia (Water and Sanitation Program/WSP). Program ini membina para wirausahawan agar dapat menyediakan fasilitas sanitasi untuk memenuhi permintaan masyarakat pasca aktivitas advokasi program tersebut.
Para wirausahawan sanitasi dilatih untuk memproduksi fasilitas sanitasi. Mereka juga diperkenalkan kepada bank setempat untuk bantuan modal, dan dihubungkan dengan berbagai peluang pasar. Para wirausahawan tersebut adalah pengusaha sanitasi lokal dengan model bisnis layanan sanitasi satu atap. Mereka mengerjakan konstruksi jamban sehat dan aman, serta menawarkan skema cicilan pembiayaan jamban.
Peluang usaha ini masih besar. WSP memperkirakan 100 juta penduduk Indonesia belum memiliki fasilitas sanitasi yang baik, sementara sekitar 66 juta orang masih melakukan buang air di tempat terbuka.
Menyediakan fasilitas sanitasi yang terjangkau merupakan hal yang penting, karena banyak anggota masyarakat mengatakan mereka enggan memiliki jamban di rumah karena mahal. Fasilitas sanitasi yang diproduksi wirausahawan setempat harganya lebih murah, dengan kisaran harga Rp 550.000 hingga Rp 1.200.000.
“Belum lama ini saya memasang jamban di rumah. Sebenarnya keluarga sudah lama mau pasang, tapi baru sekarang terjangkau karena ada yang produksi di desa kami,” kata Juriah, di Ponggang, Jawa Barat.