Skip to Main Navigation
ARTIKEL

Negara perlu mengenal dirinya sendiri untuk berkembang

28 Juni 2011


PESAN UTAMA
  • Pembelajaran utama dari ekonomi struktural baru adalah, untuk menjamin kesuksesan kebijakan industri perlu mentargetkan sektor-sektor yang sesuai dengan keunggulan komparatif suatu perekonomian.
  • Masih ada ruang untuk berkembang dan master plan pemerintah dapat membantu Indonesia menjadi salah satu kutub pertumbuhan dimasa depan

Jakarta, 28 Juni 2011 – “Kenali diri sendiri” mungkin sebuah pepatah kuno, namun juga sesuai untuk pembangunan ekonomi suatu negara, sebagaimana disampaikan oleh Dr. Justin Lin, Ekonom Utama Bank Dunia saat berkunjung ke Indonesia. Dia menjelaskan dalam teori barunya mengenai ekonomi struktural baru, penting bagi sebuah negara untuk mengenal industri-industrinya yang memiliki keuntungan komparatif sebagai strategi pembangunan yang cerdas.

Teori ekonomi struktural baru
Dr. Lin mempresentasikan teori ekonomi struktural baru pada saat seminar umum di Jakarta yang bekerjasama dengan Habibie Center. Pelajaran utama dari teorinya adalah untuk menciptakan kebijakan industri yang sukses, kebijakan tersebut perlu mengidentifikasi sektor-sektor dengan keunggulan komparatif sebuah negara. Kemudian pemerintah perlu membantu memfasilitasi sektor-sektor ini agar memenuhi potensinya. Dia juga menambahkan bahwa Indonesia perlu mengambil kesempatan sebagai “pendatang baru” dengan menyasar industri-industri yang sudah mulai ditinggalkan negara-negara yang sudah lebih maju namun dengan sumber daya yang serupa.

Sudah banyak contoh sukses dari teori Dr. Lin. Beberapa contoh yang ia sampaikan seperti Inggris mentargetkan industri-industri Belanda di abad 16 dan 17. Lalu industri-industri Inggris ditiru oleh Jerman, Amerika Serikat, dan Perancis di akhir abad 19. Contoh yang lebih baru dan dekat dengan situasi Indonesia adalah bagaimana Korea, Hong Kong, Taiwan, dan Singapura maju pesat pada periode tahun 1960-1980an dengan mengikuti industri-industri Jepang yang memiliki kondisi serupa.

Untuk menerapkan teori ini, Dr. Lin memberikan menjelaskan pendekatan identifikasi pertumbuhan dan fasilitasi yang dapat digunakan untuk merancang kebijakan industri agar mendukung pembangunan industri baru dengan keunggulan komparatif.

Master Plan Indonesia
Dalam seminar umum tersebut, Dr. Lin juga membahas Master Plan Indonesia periode 2011-2025yang baru saja diluncurkan oleh pemerintah dan dia berkomentar bahwa Indonesia dapat melampaui target yang ditetapkan dalam master plan tersebut. Dia menggunakan kasus Cina sebagai contoh, dimana pada tahun 1980an Cina berencana memperbesar perekonomiannya sebanyak empat kali lipat dalam kurun waktu 20 tahun. Untuk mencapai target ini Cina perlu memiliki pertumbuhan tahunan yang konsisten sebesar 7,2% selama 20 tahun. Hal ini serupa dengan Master Plan Indonesia. Pada faktanya, Cina berhasil mencapai pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 9,9% selama 30 tahun.

Dia juga menambahkan bahwa politik dapat menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan konsensus sosial dan master plan Indonesia yang baru bisa memainkan perana itu. Meski kinerja Indonesia lebih baikdibanding negara-negara berkembang lainnya, Dr. Lin mengingatkan bahwa masih ada ruang untuk berkembang. Namun, dia optimis bahwa master plan yang baru dapat menuntun Indonesia menjadi salah satu sentra pertumbuhan utama global pada tahun 2025.

Pendekatan melakukan identifikasi pertumbuhan dan fasilitasi:

Langkah 1: Identifikasi negara-negara yang berkembang pesat dengan sumber daya serupa dan dengan pendapatan per kapita 100% lebih besar. Identifikasi industri yang tumbuh dinamis dan berpotensi untuk melakukan perdagangan, juga pilih industri yang telah tumbuh pesat di negara tersebut selama 20 tahun.

Langkah 2: Lihat apakah sudah ada perusahaan swasta di negara sendiri yang sudah berkecimpung di industri-industri tersebut. Identifikasi hambatan untuk meningkatkan kualitas atau pertumbuhan industri tersebut, kemudian cari cara untuk mengatasi hambatan tersebut.

Langkah 3: Untuk industri yang belum ada keterlibatan perusahaan lokal, cari investasi asing langsung dari negara-negara yang telah diidentifikasi pada Langkah 1 atau lakukan program untuk merintis perusahaan baru.

Langkah 4: Pemerintah juga perlu memperhatikan pada perusahaan-perusahaan swasta yang tumbuh dengan sendirinya, kemudian mendukung mereka untuk tumbuh dan berinovasi.

Langkah 5: Untuk negara dengan infrastruktur dan lingkungan usaha yang buruk, bisa menciptakan zona ekonomi khusus atau zona industri.

Langkah 6: Pemerintah dapat memberikan kompensasi bagi perusahaan-perusahann yang merintis sebuah industri baru dalam bentuk insentif pajak untuk jangka waktu tertentu, kredit langsung untuk investasi, akses untuk devisa.


Api
Api

Welcome