Di Indonesia, hasil belajar murid di daerah terpencil tertinggal dari murid di perkotaan. Kesenjangan ini terjadi lebih besar pada sekolah-sekolah terpencil di daerah tertinggal. Survei Bank Dunia menemukan bahwa hasil belajar murid pada sekolah dasar di lima kabupaten tertinggal yaitu Sintang, Landak, Ketapang, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur, tertinggal dua tingkat dari standar kurikulum yang ditargetkan.
Sejak tahun 2016, Bank Dunia telah mendukung pemerintah melaksanakan Program KIAT Guru, yang memberdayakan masyarakat dan mengaitkan tunjangan khusus guru dengan kinerja. Setelah satu tahun implementasi program, evaluasi dampak menunjukkan bahwa KIAT Guru meningkatkan hasil belajar secara signifikan dibandingkan dengan sekolah yang tidak didukung oleh program KIAT Guru.
Adapun perangkat penilaian pembelajaran yang selama ini telah digunakan belum dapat mengidentifikasi tingkat kemampuan murid SD di daerah terpencil terkait rangkaian proses pembelajaran yang dialami. Oleh karena itu, KIAT Guru mengembangkan dua perangkat penilaian: Student Learning Assesment dan Tes Cepat.
Student Learning Assessment (SLA)
- SLA dikembangkan berdasarkan kurikulum nasional Indonesia tahun 2006 (KTSP 2006) dan kerangka penilaian internasional (TIMSS dan PIRLS). Perangkat penilaian ini dirancang untuk mengukur hasil belajar membaca dan matematika tingkat dasar murid di daerah terpencil di Indonesia.
- SLA berbeda dengan perangkat penilaian yang telah ada sebelumnya di Indonesia (EGRA, BERMUTU, dan INAP), karena SLA mencakup semua materi membaca dan matematika tingkat dasar, serta disesuaikan untuk mengukur pembelajaran dalam konteks desa terpencil di kabupaten tertinggal. SLA juga mencakup lebih banyak aspek kognitif, yang memungkinkan perangkat untuk mendeteksi perubahan granular pada pengetahuan murid tentang konsep, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam konteks tertentu, dan penalaran dalam mempertimbangkan solusi secara kritis pada suatu masalah.
- SLA telah diujicobakan dan diujikan ke 64.565 murid dari 324 sekolah dasar terpencil di delapan provinsi di Indonesia. Uji coba SLA mencakup sekolah-sekolah daerah terpencil baik di kabupaten yang berkembang maupun tertinggal. Gambar 1 menunjukkan hasil uji coba di tingkat kelas 1, di mana distribusi hasil membaca untuk murid di 270 sekolah terpencil yang didukung KIAT Guru tersebar lebih merata di seluruh rentang kemampuan. Akan tetapi, tes ini lebih mudah bagi murid dari sekolah-sekolah terpencil di Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan wilayah yang berkembang, dengan rentang hasil tes kemampuan mereka berkisar dari menengah hingga tinggi. Tren ini juga berlaku untuk murid kelas 1 di bidang matematika, seperti yang digambarkan pada Gambar 2, dan di tingkat kelas lainnya.
Gambar 1. Rentang Kemampuan Membaca Murid Kelas 1 di Sekolah Terpencil di Daerah Tertinggal dan Berkembang.
Gambar 2. Rentang Kemampuan Matematika Murid Kelas 2 di Sekolah Terpencil di Daerah Tertinggal dan Berkembang.