Download laporan (english .pdf) | Ringkasan (Bahasa .pdf)
Temuan laporan:
- Bersekolah tidak dapat selalu disamakan dengan belajar – para siswa yang menempuh waktu bersekolah yang sama, sering kali memiliki tingkat pembelajaran yang sangat berbeda.
- Akibat penutupan sekolah, kami memperkirakan bahwa siswa telah kehilangan rata-rata sekitar setengah tahun pembelajaran. Hilangnya waktu belajar tersebut setara dengan 16 poin bidang membaca di PISA berdasarkan penutupan sekolah dari akhir Maret hingga akhir September. Penilaian PISA mengukur kemampuan anak usia 15 tahun untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan membaca, matematika, serta sains mereka.
- Dalam jangka panjang, penutupan sebagian besar sekolah hingga September 2020 diproyeksikan akan mengakibatkan hilangnya pendapatan seumur hidup yang setara dengan US $ 222,4 miliar (Rp3.336 triliun) pada 68 juta siswa, setara dengan 19,9 persen dari PDB 2019. Penghasilan anak di masa depan terkait dengan seberapa banyak yang mereka pelajari di sekolah, karena pendidikan membekali mereka dengan keterampilan untuk menjadi produktif.
- Kerugian ini bahkan bisa lebih besar lagi jika sekolah ditutup untuk waktu yang lebih lama tanpa tindakan tambahan untuk mendukung pembelajaran.
- Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah untuk mendukung pembelajaran di rumah, termasuk dengan menyediakan kuota internet gratis atau subsidi internet untuk siswa dan guru menyelenggarakan program TV pendidikan, dan memberikan pilihan kepada sekolah untuk menggunakan kurikulum pendidikan yang disederhanakan.
- Ke depan, perlu diambil lebih banyak tindakan untuk meminimalkan dan harapannya bisa memutarbalikkan kerugian dari pembelajaran yang hilang. Indonesia dapat mempertimbangkan untuk melakukan:
- Kampanye pendaftaran ulang bagi sekolah yang dibuka kembali untuk meminimalkan angka putus sekolah, terutama menyasar kelompok yang berisiko lebih tinggi, seperti para siswa dari keluarga berpenghasilan rendah yang mungkin harus bekerja untuk menopang pendapatan keluarga mereka.
- Suatu kampanye intensif untuk memastikan sekolah dan madrasah memiliki toilet dan fasilitas cuci tangan yang berfungsi dengan baik, juga ruang kelas yang layak untuk mengakomodasi siswa dalam penerapan penjarakan social.
- Begitu anak-anak kembali ke sekolah, memberikan dukungan kepada guru untuk mengidentifikasi apa yang siswa pahami dan materi pelajaran apa yang mereka sudah lupa, serta menyampaikan pengajaran secara bertarget untuk tingkat pemahaman yang berbeda pada masing-masing siswa. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengembalikan tingkat pemahaman siswa yang hilang akibat hilangnya waktu belajar. Pemerintah telah mengambil langkah positif untuk mencapai tujuan ini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyediakan alat bagi guru untuk menilai kemajuan siswanya selama pembelajaran jarak jauh dan saat sekolah dibuka kembali. Kementerian Agama juga telah mengumumkan rencana penilaian serupa.
- Memperluas akses ke pendidikan daring dan jarak jauh dengan meningkatkan konektivitas internet dan akses kepada perangkat, dimulai dari wilayah yang paling membutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memprioritaskan 100 persen akses internet di semua sekolah, sehingga sekolah dapat menjadi titik akses internet untuk pembelajaran bagi masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil.
- Mengatur proses belajar melalui telepon ataupun bertemu langsung bagi anak-anak yang terkendala akses daring dan televisi di rumah, dengan tetap menjalankan protokol penjarakan sosial.
- Bekerja sama dengan para mitra untuk mengevaluasi kualitas materi pembelajaran jarak jauh yang tersedia untuk membantu guru dan siswa memilih pembelajaran yang paling efektif, seraya terus meningkatkan kualitas sumber daya tersebut.
- Memastikan anak-anak dapat belajar merupakan investasi modal manusia dan pertumbuhan bagi Indonesia, serta untuk membangun sistem pendidikan yang lebih tangguh untuk menghadapi kemungkinan terjadinya krisis lain di masa depan.